Kamis, 06 Oktober 2011


Malaikat Kecil Dari Cina 

Cerita asli yang diangkat oleh Virginia Veryastitu mengenai seorang anak kecil dari keluarga miskin di Cina.

    Kisah tentang seorang anak kecil cantik yang memiliki sepasang bola mata indah dan hati lugu polos. Seorang gadis kecil yang tak berayah dan beribu, di waktu kecilnya. Gadis kecil ini hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Kata-kata terakhir yang ia tinggalkan adalah “saya pernah datang” dan “saya sangat penurut”

    Anak ini rela melepaskan pengobatan yang telah dijadwalkan kepadanya. Meskipun ia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000US$. Dana itu didapat dari perkumpulan orang Cina seluruh dunia, dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang sedang berjuang menghadapi kematian.

    Gadis kecil ini sudah tak merasakan kasih ayah dan ibu kandungnya ketika ia menyapa dunia. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Seorang pria yang berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di propinsi Sichuan, Shuangliu Counyty, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Keadaan miskin sang papa juga membuatnya tidak menemukan pasangan hidup. Kalau masih harus mengadaopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tanggal 20 bulan 10 imlek adalah saat di mana papanya menemukan anak kecil tersebut di atas hamparan rumput, disanalah papa menemukan bayi kecil yang sedang kedinginan, di dadanya terdapat selembar kartu kecil, tertulis 20 November jam 12.

    Hati kasihnya tergugah ketika menemukan bayi kecil. Bayi kecil yang menangis dengan suara tangis yang mulai melemah. Ia berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan.” Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.

    Dari sinilah kisah penuh kasih ini sesungguhnya dimulai. Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tak ada asi juga tak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari anak kecil ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yan sangat pintar, walaupun sejak kecil Yu Yan sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

    Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur 5 tahun, dia sudah membantu papanya mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

    Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

    Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa sangat puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

    Yu Yuan kecil mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.

    Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

    Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukemia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal dan memerlukan biaya sebesar 300.000US$. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumah yang merupakan harta satu-satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak menemukan seorang pembeli.

    Melihat mata papanya yang sedih dan pipi kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sangat sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”. Papanya dengan padangangan yang kanget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati.” “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

    Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur 8 tahun ini pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari ini meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan sendiri pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilih satu rok berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak berani melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

    Seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, membuat Yu Yuan tidak seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakaman sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibukota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

    Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Cina di dunia saja telah mengumpulkan 560.000US$. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

    Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di dalam sebuah email bahkan menulis: “Yu yuan anakku tercinta saya mengharapkan kesembuhan dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakan bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”
    Yu Yuan telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.

    Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata dalam perjalan proses terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetap Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan yang dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

    Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kali mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen di mana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu mau. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obatan terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

    Yu Yuan sempat bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?”. Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati.” Yu Yuan kembali berkata “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik.” Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya”.

    Fu Yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Fu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur 8 tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis 3 halaman surat wasiat dan dibagi menjadi 6 bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

    Dalam suatu artikel itu nama Fu Yuan muncul 7 kali dan masih ada 9 sebutan singkat tante wartawan. Di belakang ada 16 sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal.

    Tolong...Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.         “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi, tolong juga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga kepada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”

    Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Mengalami pendarahan di pencernaan hampir 1 bulan. Karena itulah gadis cantik ini tidak bisa makan dan hanya mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Gadis ini berusaha  mencuri makanan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis.

    Semua orang ingin membantu meringankan penderitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi ke dunia lain.

    Di Sichuan, banyak email dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil di atas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah...”.

    Pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis di depan rumah duka, banyak orang berdiri dan menangis menghantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantar kepergian Yu Yuan.

    Di depan kuburan terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Di atas batu nisannya tertulis “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 Nov 1996-22 Agust 2005). Dan di belakang terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terkahir adalah di saat dia masih hidup dan menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

    Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000US$ tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukemia lainnya. Tujuh anak-anak yang menerima bantuan dana tersebut berasal dari keluarga yang tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

    Anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis di raut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami di atas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh.”

    Kisah Yu Yuan ini memberikan kita pelajaran besar tentang hidup orang-orang penuh kasih. Keakrabatan semacam inilah yang sesungguhnya disadari atau tidak memberikan warna dalam kehidupan persaudaraan.

    Ajaran persaudaraan dan cinta kasih kepada sesama, adalah ajaran universal tradisi dan juga agama-agama. Dari sanalah, bahwa keberhasilan hidup bersama teratasi dan terpenuhi. Ada ajaran bijak menyatakan bahwa “Sesungguhnya kesuksesan sejati adalah jalan bagi kesuksesan orang lain”.
(artikel net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar